Asal Usul Kerajaan Sangihe bermula dari Gumansalangi Kulano(Raja) Tampung Lawo abad ke 13 dgn Boki(Permaisuri)Sangiang Konda(Putri Khayangan). Gumansalangi anak Kulano Tumudai kerajaan di Cotabato Mindanao Philipina Selatan degan Permaisuri Bintang Keramat kakak dari Kulano Ternate. Humansandulage dari(Cotabatu) dengan Boki Tenden Sehiwu,pendiri kerajaan Bowontehu di Molibagu abad ke 9 Masehi.
Kedua Kerajaan ini dlm Kakawin Negara Kertagama Thn 1365 olh Empu Prapanca disebut Uda Makataraya dan pulau-pulaunya
Mula pertama orang Indonesia pergi ke Philipina adalah bernama Ampuang berasal dari Sangihe. Ampuang menikah dengan Ruatangkan, mereka dikaruniai anak bernama Datu Tahidumole. Datu Tahidumole menikah dengan Hiabunti, mereka melahirkan Datu Matumama. Datu Matumama menikahi Lalakangbulang lalu melahirkan Ondolilare. Ondolilare menikah dengan Waulana, mereka melahirkan Lapatua. Lapatua menikah dengan Binilangkati, lalu melahirkan Ampuang II. Kemudian Ampuang II menikah dengan Belisehiwu lalu memperanakan anak-anak sebagai berikut :
Balatanggara
Ratu Mangantanusa
Tubu-tubu
Mangingbulang
Manamehe
Tanding bulaeng
Tikase
Bawu Raupang dan
Lamanaowa.
Balatanggara, Ratu Mangantanusa, Manamehe, dan Lamanaowa kembali ke kepulau Sangihe, mulai dari pulau Balut/Marulung, Saranggani/Saranganeng hingga ke daratan pulau Sangihe Besar. Manamehe memiliki sebuah batu keberuntungan. batu tersebut sampai saat ini masih ada di Marulung.
Tubu-Tubu pergi ke Bolang Itang. Mangingbulang pergi ke Sulu. Tandingbulaeng, Tikase, dan Bawu Raupang tinggal di Mindanao. Bahwa pulau Balut disebut Marulong/Marulung artinya dekat Marori daratan. Alkisah bahwa Marulung, Saranggani dahulukala bersambung dengan pulau Mindanao, akan tepi datanglah orang-orang sakti dari kerajaan Tamponglawo (sangihe) dengan menggunakan lenso (saputangan) sebagai perahu, dengan maksud memerangi kerajaan di Mindanao, oleh karena ingin memisahkan diri dari kerajaan Tampunglawo. Orang-orang sakti ini membuat tali (kakandong), mengambil Tempurung kelapa lalu diisi dengan pasir, lalu menarik tempurung dengan tali yang sementara dibuat (kekandongang) dibarengi/disertai dengan ucapan-ucapan(Sasambo), sehingga pulau Mindanao terputus lalu jadilah pulau
Marulung(Balut) dan Saranggani sekarang ini terpisah dari Mindanao. Konon mereka kehabisan bahanbaku (ijuk) dari pohon Seho (Enau) atau dalam bahasa Sangir disebut Kampuhang, sehingga kedua pulau tersebut tak sempat dibawa lebih dekat ke pulau Sangir Besar. Berdasarkan peristiwa ini kerajaan-kerajaan Mindanao menyerah dibawah taklukkan kerajaan Tampunglawo dibawah raja Gumansalangi. Pulau Marulung(Balut) dan Saranggani di persembahkan sebagai upeti kepada kerajaan Tampunglawo, berdasarkan peristiwa ini, maka kedua pulau ini dihuni oleh masyarakat keturunan Sangihe Talaud hingga kini. Sultan Mindanao berasal dari keturunan Gumansalangi. melalui anak bernama Tipuandatu memiliki sebuah jubah yang dinamai menurut namanya “ Tampuan Punta” adalah kulano (sultan) di Mindanao.
Di daerah Tugis terdapat makam Umar Masade, seorang imam Islam dari Tabukan (Sangihe). Menurut cerita makam ini terjadi keajaiban hari demi hari berkemang terus menjadi besar. Umar Masade berasal dari kerajaan Tabukan yang belajar agama Islam di Ternate menurut cerita rakyat bahwa ia pergi ke Mindanao dengan menggunakan sebuah piring besar. Piring ini sering digunakan untuk pergi pulang Tabukan dalam menyebarkan agama Islam pada abad ke 14. terjadi keajaiban . Juga Panurat yang menyebarkan agama Islam di Marulung.
Keturunan generasi ketiga Umar Masade dan Panurate adalah Melanginusa, yang menyebarkan agama Islam di pulau Marulung(Balut) dan saranggani dan Nalikunusa pergi ke semua tempat di Mindanao mereka tidak kembali ke Tabukan keturunan mereka berkembang di Mindanao.
Manusia pertama yang hidup di pulau sangihe adalah Manusia Ampuang yang konon hidup di dalam Goa-goa dan mempunyai Kerajaan yakni di bawah Bumi. Konon semua perabotan terbuat dari emas, permata dan kristal, Manusia Apapuhang atau manusia tampile batang yakni manusia yang hidup di atas pohon-pohon dan di bawah pohon besar serat di bawah pohon yang telah roboh,dan Manusia Ansuang atau Manusia Raksasa dengan Kerajaan Sansohowang/Mansohowang musnah karena letusan Gunung Api Awu.
SELAMAT DATANG DI BLOGGER INI, SELAMAT MEMBACA DAN BERIKAN TANGGAPANNYA
BATAL ATAU LANJUTKAN
Dapat cerita darimana???? Kok gak jelas, cuma dikarang ya...???? Kayaknya sejarah Sangir bukan seperti ini.... Cucu Syamsa Alam.
BalasHapusini versi suku Sangil di philipina
BalasHapus